Selasa, 06 April 2010
"KEJAHATAN adalah wajar dan wajib, bagian penting untuk bertahan hidup. Kita harus mengetahui kenikmatan menjahati sampai puncak yang tidak mungkin." Itu adalah kata-kata pengarang paling menghebohkan seantero Prancis, Marquis de Sade, pengarang "spesialis" kejahatan, seks, dan sadisme. Dari nama dia jugalah akhirnya, perilaku seks yang ganas dan mengerikan --sadisme-- diambil. Tapi, Sade sesungguhnya lebih dari itu. Ia yang juga menulis beberapa esai politik, drama dan roman, menyajikan kejahatan secara terang-terangan, brutal, dan tak berbasa-basi. Salah satu romannya, /Justine ou les Malheurs de la vertu/ menggambarkan kejahatan dan kecabulan begitu mengerikan, sehingga, begitu terbit, kecaman keras langsung berdatangan, pemerintah Prancis kala itu pun menerbitkan selebaran: "Mereka yang belum dewasa dilarang membacanya, sementara yang telah dewasa, dan dapat membedakan yang baik dan buruk, dan tidak mudah tergoda, disarankan untuk membuang buku itu segera setelah selesai membacanya." Seperti dengan sangat baik ditampilkan dalam film biografinya, /Quills/, karya-karya Sade kemudian dilarang beredar, bahkan ia dilarang menulis, dengan menghentikan memasok tinta dan kertas ke penjara tempat dia ditahan. Tapi Sade tak kehilangan akal, "Hasrat menulis adalah hasrat menundukkan kesakitan jiwa", dan ia menulis dengan darah dan kotorannya sendiri, berkertaskan sperai dan dinding penjara, dan meminta, sahabat wanita terdekatnya, Constance, untuk menuliskan dan menyebarkannya secara diam-diam. Lama karya-karyanya tak dihargai, tetapi beberapa puluh tahun kemudian, karya-karya tersebut dikagumi dan gagasannya tentang tubuh dikembangkan pengarang-pengarang negerinya, juga filsuf dari seluruh penjuru Eropa. Tapi, bahkan sampai sekarang pun, di Prancis, juga di Eropa, belum ada karya kejahatan yang sesadis novel Sade, yang mengakui dunia ini berputar karena kenikmatan kejahatan yang begitu menguasai; pembunuhan, sodomi, inses, penyiksaan, penindikan kelamin, menjahit anus, mencabut bola mata, bahkan mengeluarkan organ tubuh, dan menjahitnya kembali.
* Kata-kata yang menjadi hantu*
Lahir dengan nama Donatien-Alphonse-Francois di Paris pada tahun 1740, Sade masuk College Jesuite di tahun 1750. Keluarganya termasuk golongan libertin, kaum bangsawan yang antikemapanan dan moralitas, dan acap berlaku menjauhi norma dan adat dengan memanfaatkan kekuasaannya. Tak heran, dengan kekayaan orang tuanya, Sade, seharusnya, dapat hidup mewah. Sayang, sejak usia dini, 23 tahun, ia harus mendekam di bui, karena prilaku seks yang menyimpang.
Di pertengahan tahun 1763, beberapa bulan setelah menikahi Renee-Pelagie de Montreuil, ia ditangkap lagi karena tindakan bejat. Tahun 1768, ia dituduh melecuti Rose Keller, dan atas perintah Raja, ia ditahan di Puri Saumur selama 8 bulan. Empat tahun kemudian, 1772, sehabis pesta gila-gilaan, mirip orgi, Sade ditangkap lagi dengan tuduhan yang lebih parah, meracuni dan melakukan sodomi. Ia tak mengakui, dan melarikan diri ke Italia. Tapi, tanpa kehadirannya, vonis mati /in absentia/ telah dijatuhkan raja. Sayang, ia tertangkap dua bulan kemudian dan ditahan di Miolans. Semenjak itu hidupnya dihabiskan di tahanan atau di dalam pelarian, sementara proses peradilannya terus berjalan, bahkan beberapa dengan tuduhan baru, yang --menurut beberapa ahli Sade-- sebagian tak pernah ia lakukan. Dalam penjara, ia melewati beberapa bentuk pemeritahan --Kerajaan (Louis XVI), Directoire, melalui Robiespiere, Consulat dengan kekaisaran Napoleon, dan tak satu pun penguasa yang bersetuju membebaskan Sade. Ia kemudian dipindahkan dari penjara Bastile ke Charenton saat Revolusi Prancis meletus, dan baru dapat dibebaskan di tahun 1790. Sayang, nasib buruk terus membayangi Sade. Jika awalnya ia selalu dihantui dengan tuduhan kejahatan fisik, setelah bebas, dia dikejar karena "meracuni" publik dengan cerita-cerita yang secara terus-terang mengajarkan seks dan kejahatan. Pada tahun 1801, ia ditangkap lagi bersama kantor penerbitnya, dan ditahan di Sainte-Pelagie akibat penerbitan novel sadisnya, /Justine et Juliette/. Sebenarnya, sedari awal, penahan Sade yang pertama pun tak jelas alasannya. Ia masuk penjara berkat memo, /lettre de cachet/ kepada pengadilan yang dibuat raja atas laporan mertuanya, Mme de Montreueil, kolusi yang biasa di masa itu. Hebatnya, meski tuduhan itu tak terbukti, /lettre de cachet/ tetap manjur, dan Sade ditahan, lalu bebas setelah hak memo semacam itu dicabut. Maka, dapatlah dibayangkan penderitaan batin Sade yang besar di kalangan pemberontak, libertin, yang sebenarnya sangat mencintai teater itu. Ia harus bertahan selama lebih dari 40 tahun dari penjara ke penjara, menghabiskan waktu di selnya --di /Quills/ tampak begitu eksotis dan indah-- pengap, kotor, dan yang amat menyiksa, sepi dan dingin, beberapa bahkan "dipenjara" di rumah sakit jiwa. Bayangkan hal ini dengan kehidupannya semula di La Coste, membaca di kebun buah-buahan, bermain drama, atau menulis di perpustakaannya yang lengkap. Sade tak dapat melakukan hal yang manusiawi selama dalam tahanan itu. Tak heran, selama dalam tahanan, tak ada yang semarah dan sepemberontak Sade, ia berkali-kali lari, memberontak, membuat kekacauan, mementaskan teater para orang gila dan menyindir kemunafikan kaum pendeta, sebagai "cara membalaskan" kesakitan hatinya. Ketika ia mulai menulsi lagi di tahun 1780, ia menemukan ekstase melalui kata-kata, melampiaskan panggilan tubuh dan jiwanya yang menderita, yang mampu membebaskan dirinya, menembus dinding dan menghancurkan apa saja, membangun sebuah dunia baru yang ia yakini. Ia percaya, kata-kata yang ia semburkan, akan menghadirkan sosoknya di luar dinding penjara, menghantui, menjadi mimpi buruk bagi semua orang.
Dari sejarah penderitaannya, dapatlah kemudian dilihat bahwa romannya yang sempurna menggambarkan kecabulan dan kesadisan adalah panggilan jiwa dan tubuhnya, yang lahir dari airmata darah ketidakadilan yang menimpanya. Ia dalam /Les 120 journees de Sodome, 120 Hari Sodom/ menulis /orgy/ seks sampai pada tindakan yang tak mungkin terbayangkan. Dalam /Justine/ ia menulis /Juliette /yang digauli 128 kali dengan cara yang sama, 128 kali dengan cara yang berbeda, dan seorang korban kaum biarawan Sainte-Marie-de-Bois, wanita muda yang hamil 3 bulan, yang mereka perkosa berkasurkan duri dan dedaunan mawar, yang setiap darah yang mencul dari tunas luka mereka cecapi dengan gairah yang luar biasa. Tapi, sungguhkan Sade si penganjur kejahatan? Dalam kata-kata persembahan di salah satu novelnya kepada Constance, ia mengatakan bahwa dengan mendedahkan kejahatan secara berlebihan, begitu telanjang dan provokatif, ia ingin pembaca muak, mual, dan jijik, dan lalu berpikir menyimpang, kembali ke arah kebaikan. Sade tetaplah seorang pengarang, yang dalam keterpencilan, masih mengharapkan dunia yang lebih baik, untuk kehidupan semua orang. Ia bukanlah penghamba kejahatan, meskipun kejahatan selama bertahun-tahun menjadi tuannya yang paling setia, juga menyiksa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar