Suku Hopi bangsa Indian pernah meninggalkan konsep tentang asal-usul manusia, siklus kehidupan dan kehancuran peradabannya. Dalam batu nujum, mereka juga meramalkan beberapa peristiwa besar.
Suku Indian di daratan besar Amerika Utara bukanlah sebuah suku tunggal, tapi merupakan gabungan beberapa suku yang berbeda, bahasa dan sejarah kultur mempunyai kemiripan satu sama lainnya. Banyak yang berpendapat nenek moyang suku Indian dan orang kulit kuning di Asia sangat erat kaitannya. Banyak ramalan dan legenda beredar di kalangan rakyatnya, terutama suku Hopi, diibaratkan sebagai pencatat sejarah. Lewat cerita lisan yang turun-temurun dan cara lainnya seolah mereka buat notulensi tentang legenda-legenda kuno, salah satu adalah ramalan Hopi yang terkenal itu.
Suku Hopi adalah salah satu bangsa Indian kuno. Nenek moyang mereka berimigrasi dari Meksiko ke negara-bagian Arizona kira-kira lima hingga sepuluh ribu tahun lalu. Kini mereka hidup di negara bagian Arizona Utara di atas tanah lindung (Hopi Reservation). Arti sebenarnya dari Hopi adalah rakyat yang damai [people of peace]. Terdapat dua belas desa di daerah reservasi Hopi, sepuluh di antaranya berbaur dengan masyarakat umum.
Suku Hopi mempunyai tradisi dan kepercayaan lama, dalam setahun mereka mengadakan upacara keagamaan yang berbeda. Ramalan tentang asal-usul manusia, sejarah dan masa depan, mereka dapatkan dari nenek moyangnya secara turun-temurun. Di era tahun 1950-an ada yang menyebarluaskannya dalam bahasa Inggris, ramalannya tentang sejarah perang dunia I dan II sangat akurat.
Menurut suku Hopi, umat manusia telah berganti kebudayaan (peradaban) sebanyak 4 kali, dongengnya tentang asal-usul manusia mempunyai kemiripan dengan firman dalam Al-kitab. Garis besarnya begini: Dunia ini sebenarnya hanyalah sebuah ruang tak terbatas, tak mempunyai ujung dan pangkal, waktu juga suatu kehidupan. Mulanya Taiowo the Creator (Sang Mahapencipta) menciptakan Sotuknang (dewa yang juga kemenakan Taiowo), atas bimbingan Sang Mahapencipta ia menciptakan zat padat, tujuh alam semesta, air dan udara. Setelah itu diciptakan pula spider woman, dan empat rumpun bangsa berbeda warna kulitnya (kuning, merah, putih, hitam) dari tanah liat. Dianugerahinya akal budi, kemampuan beregenerasi (beranak-pinak) serta berbahasa yang berbeda-beda, membiarkan mereka hijrah ke arah yang berbeda-beda untuk hidup. Kata Sotuknang pada mereka: “Semua saya berikan agar kalian hidup bahagia, tetapi ada satu permintaanku adalah: Sampai kapan pun kalian harus menghormati Sang Mahapencipta, menghormati belas kasih Sang Mahapencipta, selama hayat masih dikandung badan, kalian jangan lupakan titahku ini.” Mereka ini disebut “manusia pertama” (The First People), dunia tempat mereka tinggal disebut Dunia Pertama (The First World).
Belakangan, banyak orang dari manusia pertama itu melupakan titah dari Sotuknang dan tidak lagi menghormati Sang Mahapencipta. Dengan demikian, Dunia Pertama akhirnya musnah dilalap api besar. Sebagian orang yang bermoral tinggi masuk dalam Dunia Kedua (The Second World). Sekalipun Dunia Kedua tak sebagus yang pertama, namun Dunia Kedua tetap indah. Di masa ini umat manusia berkembang dengan pesat dan berpencar ke empat penjuru, orang-orang sering memuja dan menyanjung Sang Pencipta.
Perlahan-lahan, rasa egoisme manusia semakin besar, mereka lupa memuja Sang Mahapencipta. Tak lama kemudian, Dunia Kedua telah dihancurleburkan oleh Sang Mahapencipta dengan cara membeku. Maka diciptakanlah Dunia Ketiga oleh-Nya. Sisa dari manusia Dunia Kedua masuk ke Dunia Ketiga dan berkembang biak.
Akhirnya akhlak manusia itu merosot lagi. Mereka manfaatkan kreativitasnya untuk melakukan hal-hal yang jahat. Sehingga menyebabkan Dunia Ketiga dihancurleburkan oleh air bah. Maka orang bernasib baik pun masuk ke Dunia Keempat (The Fourth World). Orang-orang yang bernasib baik inilah yang disebut peradaban manusia sekarang ini.
Penyebab utama tersisihnya peradaban manusia di masa lalu karena kebejatan umat manusia, bertambah egoistis serta tidak percaya petuah dari Mahadewa. Suku Hopi beranggapan bahwa air bah waktu itu hampir menghanyutkan seluruh umat manusia yang ada. Hanya beberapa minoritas yang percaya akan keberadaan-Nya itu bisa hidup selamat. Mahadewa menasihati mereka supaya berkeyakinan teguh terhadap petuah-Nya itu. Suku Hopi pernah membuat sebuah ikrar suci dengan Mahadewa mereka: “Kami bertindak sesuai dengan bimbingan-Mu untuk selama-lamanya. Khusus bagi suku Hopi, ajaran Tuhan itu adalah kekal abadi.”
Berasal dari Sumber yang Sama
Kebudayaan Hopi dengan sumber sejarahnya mempunyai keterkaitan yang dalam. Bahkan pandangan yang berkaitan dengan tanah, air, api dan angin di masa itu dengan kurun waktu yang disampaikan penganut buddhisme tentang adanya empat unsur (tanah, air, angin dan api) itu jauh lebih awal dan dini, namun versi tentang manusia yang berasal dari warna kulit yang sama lebih-lebih melampaui pemahaman sejarah di zaman sekarang ini dan dengan persepsi yang ada pada agama umumnya. Paragraf di bawah ini berasal dari: Talk Given by Lee Brown in 1986 Continental Indigenous Council. Walau tercampur pengetahuan individu di dalamnya, tapi tetap dapat terbaca secara samar-samar maksud sebenarnya dari pandangan Hopi yang misterius itu. Sudah berapa lama sejarah bangsa Hopi di daratan Amerika Utara itu masih belum ada yang mengetahuinya, berdasarkan ramalan yang berasal dari ukiran batu itu dipastikan sejarahnya sudah ada 50.000 tahun lamanya, tentu saja cara pemastian dari karbon 14 itu tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Silakan lihat terjemahan di bawah ini:
“Zat mineral, batu karang itu ada satu sirkulasi periodik, demikian pun flora. Namun sekarang ini kita sedang berada pada akhir daripada siklus sirkulasi hewan dan sebuah permulaan dari siklus sirkulasi babak baru umat manusia”.
“Ketika kita memasuki ke babak samsara pada umat manusia, untuk itu potensi lahiriah besar yang dimilikinya sejak lahir, akan lepas dan keluar bersama roh dan cahaya manusia itu sendiri. Akan tetapi kita sekarang ini sedang mendekati akhir dari samsara sirkulasi periodik hewan, seperti kita ketahui bahwa apa yang terjadi pada hewan di bumi ini”.
“Pada waktu yang lama, di awal dari periodik sirkulasi ini, Mahadewa turun ke bumi dan mengumpulkan manusia untuk ke sebuah pulau yang telah tenggelam ke dasar laut, lalu bersabda pada manusia bahwa: Saya akan kurung kalian ke empat penjuru, serta menjadikan kulit mereka berubah menjadi empat warna secara berangsur serta akan diberikan beberapa bimbingan, maka kalian sebut sebagai amanah dan petunjuk Tuhan, dan ketika kalian bertemu lagi, maka harus dinikmati secara bersama-sama, sehingga dapat hidup harmonis di bumi ini, dan inilah awal dari peradaban umat manusia.”
Selanjutnya Ia berkata, “Sirkulasi Anda semua kali ini akan diberikan dua batu prasasti di setiap rumpun bangsa di semua penjuru, dan jangan dicampakkannya, kalau tidak, umat manusia tidak saja akan mengalami kesulitan dan siksaan, tapi bola bumi ini akan binasa”.
“Dia memberikan sebuah tugas kepada manusia yang ada di semua penjuru, dan disebut sebagai ‘Sang Penjaga’.”
“Terhadap orang Indian yang disebut juga ras berkulit merah itu diizinkan menjadi penjaga tanah, karena mereka harus meresapi pengetahuan di alam semesta ini. Flora berbuah dan tumbuh dari dalam tanah untuk memasok menjadi makanan manusia dan jamu yang berasal dari rumput itu digunakan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan-pengetahuan ini dibagiratakan dengan saudara-saudara lainnya.”
“Bagi orang kulit kuning yang di selatan itu, akan dijadikan penjaga angin, maka mereka akan pergi untuk memahami angkasa dan napasnya, serta dimanfaatkan untuk membantu majunya kultivasi dari Qigong itu sendiri, jadi pada saat itu mereka akan ikut menikmati semuanya ini.”
“Bagi orang kulit hitam yang ada di Barat itu akan menjadi penjaga air, dan akan pergi belajar menjadi kepala maujudat dan inspirasi yang berasal dari air, mereka adalah yang paling hina sekaligus terkuat.”
“Bagi orang kulit putih yang ada di utara, akan menjadi penjaga api. Kalau Anda ikut pergi melihat ke sana, maka akan ketemu api dari perbuatan-perbuatan penting mereka. Anda boleh mengatakan bahwa bola lampu itu ialah apinya orang kulit putih. Dalam mobil ada busi, demikian juga Anda dapat temukan api di dalam kereta api serta pesawat terbang. Api bisa terbakar dan berpindah-pindah, itulah sebabnya bangsa kulit putihlah yang pertama-tama hijrah di bumi ini, sehingga kita bergabung menjadi sebuah keluarga besar.”
“Waktu yang amat panjang sudah berlalu, Yang Mahaesa membagikan dua keping batu prasasti kepada setiap orang, maka sebagai orang Indian kita menyimpannya di atas sebuah podium menjulang tinggi pada tanah reservasi suku bangsa Hopi di negara bagian Arizona.”
Kisah Batu Nujum
Di sekitar Oraibi negara bagian Arizona, Amerika, ada sebongkah batu prasasti yang disebut dengan “Batu Nujum”, isi yang terukir di atasnya berdasarkan perlambangan simbol yang dikuasainya dalam menyampaikan ramalan-ramalan kuno bangsa Hopi itu sendiri, konon riwayat sejarahnya sudah ada sepuluh ribu tahun lamanya. Mereka tidak menggunakan huruf atau tulisan, tapi dengan bahasa lisan secara turun-temurun. Oleh karena kurun waktunya yang sudah terlampau lama jadi tidak ada seorang pun yang sanggup menjelaskan secara autentik lingkaran yang pemancar cahaya digambar sebelah kiri serta simbol yang ada di tengahnya itu (mirip simbol Buddha Swastika). Malahan sementara presentasi yang berhubungan dengannya dibuang, hanya menjelaskan bagian tengahnya saja. Menurut temanku yang pernah kuliah di Washington University, jurusan psikologi, Sieto yang pernah belajar diagram semacam ini, dalam sekali pandang saja telah menunjuk orang dewasa yang terdapat di gambar sebelah kiri ini adalah Great-Sprite, jelas dampaknya itu. Mungkin dalam proses terjemahannya dari bahasa Indian ke Inggris itulah salah satu sebab tidak klopnya antara buku ramalan Hopi dengan data-data tertentu yang terdapat di internet dewasa ini, di samping kurun waktunya yang sudah lama sekali secara turun-temurun, sehingga termasuk orang Indian sendiri di zaman sekarang pun susah memahaminya, malah tidak percaya akan ramalan-ramalan ini.
Sekarang kita rangkumkan penjelasan terhadap Batu Nujum sebagai-berikut (lihat gambar) di bawah ini.
Dalam ramalan ini terdapat dua garis horizontal, menunjukkan dua jalan perkembangan yang berbeda: Garis atas adalah simbol dari jalan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dari jiwa tak terkekang.
Ada tiga garis vertikal. Garis pertama ialah ramalan ini berawal. Sedangkan garis kedua menyatakan dalam waktu tertentu manusia akan memutuskan jalan pilihannya dan memilih jalan menuju spiritual atau ilmu pengetahuan. Di garis di bawahnya terdapat dua lingkaran dan menyimbolkan dua kali perang dunia. Sedangkan garis vertikal tebal ketiga sekaligus merupakan garis terakhir untuk menjatuhkan tempo waktu daripada pilihannya itu, yaitu hari ini. Jika alternatifnya pada jalan materi (ilmu pengetahuan), konsekuensinya akan menekuk sehingga binasa. Tapi sebaliknya jika pilihannya jatuh pada jiwa (spiritual), maka akan damai dan harmonis.
Penjelasan yang lain adalah: Orang dewasa di sebelah kirinya ialah The Great Sprite, mangkuk di sebelah kirinya menyatakan petuah bahwa ia akan meletakkan senjata pada suku Hopi, garis vertikal sebelah kanannya ialah perbandingan waktu dan terhitung mulai puluhan ribu tahun lalu, sedangkan titik sentuh pada Great-Sprite menunjukkan waktu akan kembalinya Sang Mahapencipta.
Jalan spiritual yang dirintis oleh Great-Sprite terbagi menjadi jalan natural sedikit sempit yang harmonis dan kontinyuitas, serta jalan agak lebar ialah prestasi teknologi kulit putih. Garis vertikal di atas tanda salib itu menyatakan kedatangan orang kulit putih dan ajaran kristusnya, sedangkan oval kecil di bawah salib mewakili sirkulasi daripada jiwa yang kekal dan berkesinambungan. (Menurut penulis semestinya lingkaran oval tersebut harus diartikan sebuah pembaharuan serta penyisihan jiwa, persisnya ialah penyisihan umat manusia atau air bah yang besar).
Empat orang anak kecil di atas garis atas merepresentasikan pertama; tiga dunia dulu dan sekarang. Maksud kedua menyatakan sebagian orang Hopi akan terpikat oleh peradaban lahir dari kulit putih sehingga menelusuri jalannya pula.
The Road of Sprite pada garis bawah ini terdapat dua lingkaran sekaligus diartikan “Tangan Great-Sprite sedang menggoncang dunia” (perang dunia pertama dan kedua). Tanda Swastika dalam matahari sebelah kiri gambar (mirip tanda buddhisme kuno namun, simbol Nazi itu terbalik arahnya dan memakai warna hitam sedangkan Buddha berwarna kuning). Gambar Celtic Cross paling kanan dalam gambar (konon simbol ini berwarna merah dan dipakai kaum Kristiani sedangkan kaum Nazi pun sama tapi dengan warna hitam), simbol dua asisten dari Pahana, dan Pahana adalah saudara berkulit putih sejati dari orang Indian, sementara ada artikel lain yang menulisnya sebagai Bahani yang berarti orangnya Baha, ini dalam bahasa Indian pun sama artinya, kalau dieja dalam dua bahasa Inggris yang bersumber dari satu bahasa yang sama.
Garis kasar ketiga menyatakan sebelum teknologi manusia menuju ke jalan berlika-liku dan berpeluang terakhir untuk kembali ke alam. Lingkaran kecil berikutnya ialah Great Purification seperti apa yang disebut orang Hopi tadi yakni masa sekarang ini. Setelah itu padi-padian akan tumbuh subur dan Great-Sprite pun akan kembali lagi ke bumi. Jalan sprite itu kekal abadi.
Mitos dan Ramalan Suku Hopi
suku Hopi adalah salah satu suku Indian Amerika yang bertempat di Arizona, New Mexico, Utah, dan Colorado. kalau kita perhatikan di peta, keempat wilayah ini adalah daerah yang berada di jantung geografis amerika. kehidupan mereka amat sederhana dan bergantung pada alam. bisa dibilang, mereka adalah salah satu suku yang bisa memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi menjelang pergantian dari Dunia Keempat ke Dunia Kelima. menurut mereka, kita sedang berada di Dunia Keempat, dan kita sedang melangkah sangat dekat menuju ke Dunia Kelima. seperti layaknya eskatologi Hindu, mereka juga mengenal adanya cycle of life. bila dalam Hindu, dunia kita kini dianggap sebagai Kali Yuga yang menandakan zaman penuh kekacauan dan zaman edan. maka dalam eskatologi Hopi, dunia kita kini dianggap sebagai Dunia Keempat yang dipenuhi hal-hal yang "terbalik dari alam yang seharusnya".
dunia ini sebenarnya hanyalah sebuah ruang tak terbatas, tak mempunyai ujung dan pangkal, waktu juga suatu kehidupan. pada mulanya, Taiowo Sang Pencipta menciptakan Sotukna yang merupakan saudaranya. atas bimbingan Taiowo, ia menciptakan zat padat, tujuh alam semesta, air dan udara. setelah itu diciptakan pula empat rumpun bangsa berbeda warna kulitnya (kuning, merah, putih, dan hitam) dari tanah liat. dianugerahinya oleh kecerdasan, kemampuan untuk bisa berketurunan, serta berbahasa, membiarkan mereka hijrah ke arah yang berbeda-beda untuk hidup. Sotukna bersabda: “semua saya berikan agar kalian hidup bahagia, tetapi ada satu permintaanku adalah: sampai kapan pun kalian harus menghormati Taiowo, menghormati belas kasih-Nya, selama hayat masih dikandung badan, kalian jangan lupakan titahku ini”. nah, mereka-mereka inilah yang disebut sebagai Manusia Pertama, dan dunia mereka adalah Dunia Pertama. later on, banyak dari mereka yang melupakan titah dari Sotukna dan tidak lagi menghormati Taiowo.
dengan demikian, Dunia Pertama akhirnya musnah dilalap api besar. sebagian orang yang bermoral tinggi masuk dalam Dunia Kedua. sekalipun Dunia Kedua tak sebagus yang pertama, namun Dunia Kedua tetap indah. di masa ini, umat manusia berkembang dengan pesat dan berpencar ke empat penjuru, orang-orang sering memuja dan menyanjung Taiowo. perlahan-lahan, rasa egoisme manusia semakin besar, mereka lupa memuja Taiowo. tidak pake lama, Dunia Kedua akhirnya dihancurleburkan oleh Taiowo dengan cara dibekukan.
maka diciptakanlah Dunia Ketiga oleh-Nya. sisa-sisa manusia dari Dunia Kedua yang masih hidup akhirnya memasuki ke Dunia Ketiga. manusia semakin banyak dan mendirikan banyak kota-kota dan desa-desa. pada akhirnya, akhlak manusia itu pun merosot lagi. mereka manfaatkan kreativitasnya untuk melakukan hal-hal yang jahat, sehingga menyebabkan Dunia Ketiga dihancurleburkan oleh air bah.
suku Hopi beranggapan bahwa air bah pada waktu itu hampir menghanyutkan seluruh umat manusia yang ada. hanya sebagian dari mereka yang percaya akan keberadaan-Nya itulah yang bisa selamat. sebagian orang yang sudah memiliki Lights (wisdom, intelligence, art) bertindak dengan mendirikan bahtera di atas gunung atau membangun waduk-waduk besar untuk melindungi kaumnya.
sebagian orang yang bernasib baik pun masuk ke Dunia Keempat. orang-orang yang bernasib baik inilah yang disebut peradaban manusia sekarang ini. pada awal Dunia Keempat ini, ada beberapa orang yang ditunjuk oleh Taiowo untuk menyelamatkan lebih banyak orang melalui ajaran-ajaran hidup alami yang diturunkan kepada mereka. namun, tetap saja manusia semakin mengalami kemunduran. salah satu penyebab utama tersisihnya peradaban manusia di masa lalu karena kebejatan umat manusia itu sendiri. mereka semakin egois dan materialistis, serta merasa tidak butuh petunjuk-petunjuk dari makhluk-makhluk suci dan Taiowo. sebagian melakukan kejahatan atas nama Taiowo dan makhluk-makhluk suci, padahal tujuan asli mereka adalah membentuk dunia dengan nama ideologi atau keyakinan.
konon, suku hopi juga meramalkan ada 9 tanda yang akan muncul di ambang pergantian dari Dunia Keempat ke Dunia Kelima. mengutip catatan para tetua suku Hopi yang masih tersisa, kesembilannya adalah:
"This is the First Sign: We are told of the coming of the white-skinned men, like Pahana, but not living like Pahana men who took the land that was not theirs. And men who struck their enemies with thunder.
"This is the Second Sign: Our lands will see the coming of spinning wheels filled with voices."
"This is the Third Sign: A strange beast like a buffalo but with great long horns, will overrun the land in large numbers"
"This is the Fourth Sign: The land will be crossed by snakes of iron."
"This is the Fifth Sign: The land shall be criss-crossed by a giant spider's web."
"This is the Sixth Sign: The land shall be criss-crossed with rivers of stone that make pictures in the sun."
"This is the Seventh Sign: You will hear of the sea turning black, and many living things dying because of it."
"This is the Eight Sign: You will see many youth, who wear their hair long like my people, come and join the tribal nations, to learn their ways and wisdom.
"And this is the Ninth and Last Sign: You will hear of a great dwelling-place in the heavens, above the earth, that shall fall with a great crash. It will appear as a blue star. Very soon after this, the ceremonies of my people will cease.
tanda pertama menggambarkan datangnya bangsa berkulit putih untuk merampas dan mendiami wilayah-wilayah yang sebenarnya bukan milik mereka atau diperuntukkan untuk mereka. bangsa Eropa datang ke benua Amerika dan Australia.
tanda kedua menggambarkan kereta kuda yang dibawa-bawa oleh para kolonialis Eropa di benua Amerika dan Australia. kereta kuda ketika zaman kolonial menggunakan roda-roda besar dan bunyinya berisik kalau bergerak.
tanda ketiga menggambarkan dibawanya banteng-banteng dari Eropa ke Amerika. seperti yang kita tahu, sebelum kedatangan bangsa Eropa, di Amerika hanya ada satu jenis kerbau, yaitu bison yang tidak bertanduk.
tanda keempat menggambarkan kereta api. kalau dilihat dari udara seperti ular yang meliuk-liuk mengikuti arah rel, tapi kulitnya dari besi.
tanda kelima menggambarkan tiang listrik. kalau dilihat dari atas menyerupai benang laba-laba yang ukurannya sangat besar.
tanda keenam menggambarkan jalan raya yang terbuat dari bebatuan dan aspal. suku-suku Indian Amerika menggunakan sungai untuk transportasi dan menempuh suatu tempat lebih cepat daripada lewat darat karena arus sungai. "sungai modern" bisa membuat orang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan waktu yang lebih singkat.
tanda ketujuh menggambarkan pengeboran minyak lepas pantai. laut yang berubah menjadi hitam, dan hitam adalah warna minyak bumi.
tanda kedelapan menggambarkan banyak orang yang meninggalkan kemapanan dan modernitas untuk kembali ke ajaran-ajaran alam yang benar. contohnya kaum hippies.
tanda terakhir, kita masih belum tahu. tapi "great dwelling place in the heavens" bisa direfer kepada stasiun ruang angkasa di mana manusia bisa tinggal lama sekali, seperti rumah di langit. kata "heavens" bisa dianggap sebagai langit, angkasa, awan, atau apa yang ada di atas sana. kalaupun benar, kita akan melihatnya jatuh ke bumi dan menyebabkan banyak kematian dan bencana.
0 komentar:
Posting Komentar